Cewe biasa yang gampang tertarik sama berbagai macam hal baru, terlebih sama militer, alam, running, and love dessert ! satu lagi..! sama Khalifah Umar bin Khatab.
Minggu, 14 September 2014
Pengrajin kenyamanan hati yang dulu
tak kuasa menatap bibirnya, entah apa
lemas dibuat ya, padahal tak berkeringat,
tapi rasanya tak menenangkan bila ia bersama orang lain,
ini ulah mu.
tidak ada yang disayangkan lagi, nampakna ia terlalu nyaman dengan kondisi ini, ya membuatya lebih baik kenapa tidak, toh
aku yang terlanjur menutupnya.
kisah kita memang tak seperti Roro Jongrang dan Bandung Bondooso, tak drama seperti Ken Arok dan Ken Dedes, akupun tak sehebat Ratu Balqis, hanya wanita biasa yang tak berharap banyak tentang cinta dari hati berongga sepertimu.
entah apa yang kita pikirkan dulu, ya ini ulah kita, hanya mengikat dengan tali persamaan, tanpa tau ujung yang akan kita
lalui bersama, tapi menyenangkan, ya.. apapun yang aku sentuh dihadapanmu, akan menjadi miliku, ingat tidak, sampai aku
takut menyentuhya lagi.
kau tak pernah mengingikan kejuaraan turnamen basketku, entah..
Bahkan ia tak peduli dengan keadaan fisikku, mau
kulitku yang bertambah gelap terpapar matahari, atau rambutku yang terus bertambah pendek, ia tak peduli.
pernah, dia menunggu kabarku, dan memang aku lupa, ya senyum CR7 memang
sekece kaki panjang ya, aku lupa, sampai akhirya dia datang kerumah dan
menayakan kehadiranku dirumah, mamaku yang menjamu, hanya bebarapa menit, dia pulang,
mamaku menatap dan bicara padaku yang masih memakai sepatu basket, kala itu
"Ia dateng, cuma mau tanya kamu sudah dirumah atau belum,
karena ga ada kabar dari kamu" habis aku dinasehati oleh mama, ya Kau menang!
aku akan buktikan pada Pramodya bahwa benar,tiada menarik tentang kisah kebahagiaan yang tertulis, kepedihan, sakit yang
melanda dan penyesalanlah yang akhirya juara.
aku ditinggalkanya dalam gelap malam, ratus kilometer dari perkarangan rumah, berada dibawah rembulan, dan hembusan angin merayu, getar hati ini karena takut Ya memang, digosipkan aku berdiri didekat makhluk astral pula, hanya satu yang aku pikirkan saat itu "mana laki-laki itu" tak lelah aku melihat Nokia N73 ku yang sebesar
batu merah. tak satupun kabar yang menenagkan dari ya, aku tetap menunggu. sampai hari berganti dan malam semakin pagi. aku tetap menunggu bergenggam peperspray yang kau beri.
entah apa tujuanku menulis ini, tak tau, hanya terkadang rindu, tidak.
dan lebih awet peperspraymu dari pada sayang yang pernah kau titipkan.
entah kapan, suatu saat nanti, akan datang sebuah peryataan hati yang telah lama tertutup untukku darinya. Tugas ku hanya
menunggu, kabar semu ini, dan berharap ia benar melakukanya untuk wanita yang pernah menikmati rasa kawatirmu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar